OPTIMIS PROFESI AKUNTAN TIDAK AKAN PUNAH

Seperti yang kita ketahui perkembangan teknologi semakin pesat, banyak dampak  dari revolusi industri yang sudah mempengaruhi kehidupan kita. Awal mula revolusi industri ditahun 1750- 1850 banyak membawa perubahan dalam bidang manufaktur, pertambangan, transportasi dan teknologi, pertanian yang secara langsung berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Munculnya revolusi industri yang pertama ditandai adanya mesin uap untuk proses produksi, revolusi kedua adanya perkembanganenergi listrik, revolusi ketiga adanya perubahan otomatisasi produk dan teknologi informasi, dan pada saat ini revolusi industri sudah mencapai tahap ke-empat atau yang sering kita kenal dengan revolusi industri di era 4.0 yang mengubah cara hidup, cara kerja, dan cara berinteraksi masyarakat di seluruh dunia.

Revolusi industri telah mengubah pergeseran paradigma yang semula terpusat bahwa manusia sebagai vital perekonomian bergeser secara perlahan digantikan oleh digitalisasi teknologi sebagai penggerak perekonomian. Dimana banyak dampak yang dapat kita rasakan, mulai dari tergantikannya ojek pengkolan dengan grab atau gojek. Hal ini dikarenakan grab atau gojek sangat efektif dan efisien dalam kehidupan sehari-hari.Tidak hanya itu, banyak transaksi online yang tidak membutuhkan pertemuan antara penjual dan pembeli. Dan pada saat ini, profesi teller sudah mulai terdisrupsi. Contoh, banyak masyarakat yang sudah melakukan penarikan uang tunai melalui ATM dan transfer uang melalui mobile banking.  Hal ini yang menambah berkurangnya bahkan dapat mengakibatkan punahnya profesi akuntan. Dewasa ini dalam bidang akuntansi marak dibicarakan adanya AI (Artificial Intelligence). Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan salah satu bidang studi mengenai pemikiran-pemikiran cerdas yang dapat digunakan sebagai bentuk untuk melakukan sebuah perhitungan. Hal ini membuktikan dampak adanya revolusi industri di era

4.0 ini. Selama 20 sampai 30 tahun ke depan AI akan mengambil alih semua pekerjaan akuntan yang dikerjakan secara rutin dan manual.

Selain itu, Peneliti dari Universitas Oxford, Michael Osborne dan Carl Frey, melakukan riset tentang perkiraan besarnya risiko sebuah profesi mengalami otomatisasi. Hasilnya, akuntan bersertifikasi memiliki risiko yang cukup besar yaitu sebesar 95% mengalami otomatisasi dalam dua dekade ke depan.


Gerd Leonhard memprediksi pada tahun 2015 secara global, era revolusi digital akan menghilangkan sekitar 1- 1,5 juta pekerjaan yaitu mulai dari tahun 2015 sampai dengan 2025. Hal ini dikarenakan tenaga manusia yang akan digantikan oleh mesin ataupun robot. Menurut data dari US Department of Labor memperkirakan 65% murid sekolah dasar akan menghadapi suatu pekerjaan atau profesi yang belum ada saat ini, dengan seperti akan muncul adanya tantangan dan pengalaman baru dalam melakukan pekerjaan di dunia kerja. Selain itu, menurut Cutler dan Lewis teknologi berkontribusi menghilangkan 800.000 perkerjaan yang berada di negara Inggris.

Dari penjelasan posisi akuntan tersebut, dapat kita ketahui bahwa di era revolusi industri ini manusia akan bersaing dengan teknologi yang semakin canggih. Begitu juga dalam bidang akuntansi, peran akuntan akan digantikan oleh teknologi AI (Artificial Intelligence) dan robotik dalam melakukan pekerjaan dasar akuntan yaitu mulai dari mencatat transaksi, kemudian mengolah transaksi, memilah transaksi, dan melakukan otomatisasi pembuatan laporan keuangan dan menganalisa laporan keuangan tersebut secara mandiri tanpa adanya campur tangan manusia. Semakin berkembangnya teknologi, akuntan dan kantor akuntan mau tidak mau harus mengembangkan aplikasi bergerak (mobile) agar dapat mengakses data secara langsung dari perangkat telepon genggam dan tablet. Jika seorang akuntan tidak memiliki keahlian yang memadai maka robot atau teknologi akan mengambil alih profesi akuntan. Dengan seperti itu, teknologi informasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, dipelajari, dipahami oleh akuntan itu sendiri.

Para akuntan harus menyadari bahwa peran akuntansi tidak hanya ilmu yang sekedar mencatat, menghitung laba dan rugi akan tetapi, sebuah seni yang menggabungkan aspek dan disiplin ilmu. Dengan seperti itu, akuntan harus memiliki skill yang memadai khususnya di bidang teknologi. Oleh karena itu, akuntan sebaiknya memiliki kelebihan dalam pengambilan keputusan dan dalam menentukan strategi organisasi. Dengan adanya kemajuan revolusi industri 4.0 banyak perusahaan yang menggunakan teknologi dalam aktivitas perusahaannya. Di bidang akuntansi ada aplikasi khusus untuk membantu para akuntan dalam melakukan pekerjaannya. Contoh aplikasi software di bidang akuntansi yaitu MYOB (Mind Your Own Bussines) dan Zahir Accounting.


Software accounting ini mengolah data akuntansi melalui proses pencatatan data transaksi ke dalam komputer, yang selanjutnya komputer akan mengolahnya menjadi laporan keuangan. Dengan aplikasi software accounting ini, maka tugas akuntan menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.

Dalam Rumusan Tim KKNI ( Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ), Direktorat Pembelajaran berpendapat bahwa lulusan universitas atau perguruan tinggi harus siap dalam melakukan literasi data, yaitu mulai dari membaca, mampu menganalisa dan mampu menggunakan informasi dengan data besar dan literasi teknologi. Arti dari literasi teknologi adalah memahami cara kerja teknologi, mesin, prinsip-prinsip teknik (engineering principles) dan artificial intelligence. Dengan seperti itu, diharapkan literasi manusia dengan teknologi mampu menjawab tantangan di era revolusi industri 4.0. Jadi, kolaborasi antara keduanya dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dapat mengubah peran akuntan pada saat ini. Perubahan peran akuntan meliputi :

1.            Akuntan dituntut mampu mengidentifikasi adanya pertanyaan atas analisis statistik, data, pengecekan kualitas data dan interprestasi hasil olah data.

2.            Akuntan harus mampu sebagai penasehat, yaitu sebagai penasehat bisnis, ataupun sebagai partner bisnis.

3.            Akuntan harus mampu menjadi trainer dalam bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence), mampu bekerja dengan robot ataupun mesin, dan harus menguasai teknologi seperti melakukan manipulasi data.

4.            Profesi Akuntan harus berkembang dalam bidang aspek laporan non finansial, sehingga tidak hanya aspek finansial saja. Di samping itu akuntan harus dapat meningkatkan keamanan data di dunia maya.

Dewasa ini dikenal istilah akuntansi zaman old versi akuntansi zaman now. Zaman old dikatakan sebagai score keeper yaitu di mana akuntansi hanya berbicara mengenai aturan atau compliance, sedangkan pada zaman now dikenal sebagai score player yaitu peran akuntansi yang bertujuan untuk mencetak laba organisasi guna meningkatkan profitabilitas yang didapat untuk memberikan value bagi organisasi. Artinya, apabila tetap bertahan dalam akuntansi zaman old maka kemajuan teknologi informasi menjadi tantangan yang cukup  berat bagi dunia akuntansi.


Dalam era revolusi industri ini, banyak sekali perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi profesi akuntan. Apalagi banyak berita atau issu yang mengatakan bahwa profesi akuntan akan digantikan oleh AI (Artificial Intelligence). Hal ini yang seharusnya dapat dijadikan sebagai motivasi agar para profesi akuntan atau para lulusan akuntansi harus terus meningkatkan kemampuan dan skill dalam bidang akuntansi. Di sini para profesi akuntan harus dapat beradaptasi dengan adanya perkembangan teknologi yang luar biasa ini. Dengan seperti itu, kita akan tetap bekerjasama dengan robot ataupun teknologi yang ada, bukan malah tersingkir oleh teknologi yang ada. Hal ini karena robot membantu mempermudah perkerjaan para akuntan bukan malah merebut pekerjaan akuntan. Seperti yang kita ketahui bahwa AI merupakan alat vital yang akan menyediakan para profesional ini dengan alat yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan profesi akuntan. Disini AI dalam bidang akuntansi tidak akan menggantikan profesi akuntan, hanya mengubah fokus pekerjaan. Tidak hanya itu, menurut data IAI, jumlah akuntan profesional yang terdaftar sebagai anggota IAI hanya berjumlah 15. 940 orang, padahal kebutuhan dunia kerja di Indonesia akan akuntan profesional sangat tinggi yaitu berjumlah 226 ribu organisasi di Indonesia ini. Hal inilah yang menjadi peluang kita sebagai mahasiswa akuntansi yanng merupakan bibit unggul menjadi akuntan profesional di masa depan. Jadi kita sebagai calon sajrana akuntan tidak perlu khawatir akan persaingan profesi akuntan di era revolusi industri ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMINAR NASIONAL DAN TALKSHOW "Creating Authentic Personal Branding in the Digitalization Era to Increase Credibility and Trust in the Accountant Profession"

HMJ Akuntansi Syari’ah Menggelar Acara Semarak Ramadhan 1445 H

Pelantikan Ketua & Sekretaris Jurusan Akuntansi Syari’ah UIN Walisongo Semarang